JAUHILAH PERUT YANG BUNCIT KARENA RAKUS PADA DUNIA
یَـٰبَنِیۤ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِینَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدࣲ وَكُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ وَلَا تُسۡرِفُوۤا۟ۚ إِنَّهُۥ لَا یُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِینَ.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
[Surat Al-A'raf : 31]
Seorang mukmin harus memperhatikan tata cara makan dan minum, sebagaimana diajarkan dan dicontohkan Nabi صلى الله عليه وسلم. Beliau makan ketika sudah lapar dan minum ketika merasa haus.
Diriwayatkan dari para Salaf,
نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَعُ.
“Kami adalah suatu kaum yang tidak makan sebelum lapar dan apabila makan tidak sampai kenyang.”
Makan terlalu banyak hukumnya makruh, apabila berlebihan dan melampaui batas, karena makan dan minum secara berlebihan dapat menyebabkan perut sakit, menjadikan orang malas, dan dapat merusak tubuh. Sebagaiman sabda Nabi صلى الله عليه وسلم ,
إياكم والبطنة في الطعام والشراب فانها مفسدة للجسم وتورث السقم عن الصلاة
وعليكم بالقصد فانّه اصلح للجسد وابععد من السرف
“Janganlah sekali-kali makan dan minum terlalu kenyang karena sesungguhnya hal tersebut dapat merusak tubuh dan dapat menyebabkan malas mengerjakan salat, dan sederhanakan kalian dalam kedua hal tersebut, karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi tubuh, dan menjauhkan diri dari sifat israf (berlebihan).” (HR Al-Bukhari)
Perut buncit dan kegemukan, jika penyebabnya adalah faktor genetik dan kondisi alami tubuh atau sebab-sebab ukhrawi, maka tidak tercela. Adapun jika perut buncit dan kegemukan itu muncul sebagai akibat kerakusan terhadap dunia dan kelalaian terhadap akhirat, maka itulah yang tercela.
Ibnu Abdil Barr meriwayatkan bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه,
ضخم البطن (الاستيعاب في معرفة الأصحاب (3/ 1123))
“(beliau, yakni Ali bin Abi Thalib)…perutnya besar” (Al-Isti’ab Fi Ma’rifati Al-Ashab, juz 3 hlm 1123)
Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang sahabat Nabi yang dikenal berperut buncit, padahal pada saat yang sama beliau dikenal sebagai lelaki salih yang zuhud, ahli ibadah, dan ahli surga. Tidak mungkin memahami perut buncit Ali kecuali memahami hal tersebut sebagai faktor genetik dan atau kegembiraan karena sebab-sebab ukhrawi.
Bukan hanya Ali saja yang diketahui berperut buncit. Lelaki salih lain yang diriwayatkan berperut buncit adalah putra Shahabat besar yang bernama Ath-Thufail. Beliau tergolong tabiin besar dan dijuluki Ibnu Umar dengan panggilan “Abu Bathn” (Si Perut Besar). Ibnu Umar berkata,
يَا أَبَا بَطْنٍ وَكَانَ الطُّفَيْلُ ذَا بَطْنٍ إِنَّمَا نَغْدُو مِنْ أَجْلِ السَّلَامِ نُسَلِّمُ عَلَى مَنْ لَقِيَنَا (موطأ مالك (6/ 44)
“Wahai Abu Bathn -Ath-Thufail memang berperut besar-, kita pergi (ke pasar) hanya untuk mengucapkan salam. Kita menguicapkan salam kepada orang yang kita temui” (HR. Malik)
Ummul mukminin Aisyah رضي الله عنها meriwayatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri di masa tua bertubuh gemuk.
Berkata Aisyah,
أَنَّ النَّبِيَّ كانَ يُوتِرُ بِتِسْعِ رَكَعَاتٍ فَلَمَّا بَدَّنَ وَلَحُمَ صَلَّى سَبْعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَالَ عَفَّانُ فَلَمَّا لَحُمَ وَبَدَّنَ (مسند أحمد (52/ 370)
Bahwasanya Nabi melakukan witir 9 rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat. Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk. (HR. Ahmad)
Di kalangan tabiin, lelaki salih yang bertubuh gemuk karena kegembiraan atas nikmat Islam adalah Imam Waki’ (gurunya Asy-Syafi’i ).
Adz-Dzahabi menulis,
“Sa’id bin Manshur berkata, ‘Waki’ datang ke Mekah dan beliau bertubuh gemuk. Al-Fudhoil bin ‘Iyadh berkata kepadanya, ‘Apa ini kok gemuk? Bukankah engkau rahibnya Irak?’ Waki’ menjawab, (kegemukan) ini adalah karena kegembiraanku dengan Islam’. Jawaban ini membuat beliau (Al-Fudhoil) terdiam. (Siyaru A’lami An-Nubala, juz 9 hlm 156)
Adapun jika orang berperut buncit dan bertubuh gemuk karena rakus dengan dunia, tidak pernah peduli dengan akhirat dan tidak pernah merisaukan hari pertemuan dengan Rabbnya, maka perut buncit seperti inilah yang tercela.
‘Ali Al-Qori berkata,
“Adapun riwayat yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang gemuk, maka itu bisa ditafsirkan (bahwa celaan itu berlaku) jika kegemukan tersebut karena kelalaian, terlalu banyak menikmati kenikmatan lahir, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat tentang kebencian bagi orang gemuk. (Jam’ul Wasail fi Syarh as-Syamail, 1/34).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyebut kegemukan seperti ini sebagai ciri generasi yang buruk.
وَيَظْهَرُ فِيهِمْ السِّمَنُ (صحيح البخاري (9/ 132)
“(Generasi buruk setelah masa shahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in itu) …tampak pada mereka kegemukan..” (HR. Al-Bukhari)
Kegemukan seperti ini biasanya muncul karena rakus terhadap makanan dan makan secara berlebihan sampai kekenyangan yang dicela Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ (سنن الترمذى (8/ 387)
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR. At-Tirmidzi, 2389 dishahihkan Al-Albany)
(Diringkas dengan oenyesuaian artikel Ust. Muaffa: Irtaqi.net)
قال عمر بن الخطاب رضى اللّه عنه:
إياكم والبطنة فإنها ثقل في الحياة ونتن في الممات.
(رواه الترمذي)
📚 درر من اقوال أئمة السلف (kalemtayeb.com)
Berkata Amirul Mukminin Umar bin Khattab رضي الله عنه,
Jauhilah dari kebanyakan makan, karena hal itu menjadikan beratnya hidup dan kebusukan saat kematian.
(Atsar riwayat At-Tirmidzy)
📚 Duror min Aqwal Aimmah As-Salaf (kalemtayeb.com)
PENULIS : Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
0 Response to "JAUHILAH PERUT YANG BUNCIT KARENA RAKUS PADA DUNIA"
Posting Komentar